Hakekat manusia menurut para filsuf

Munculnya Filsafat
Filsafat, terutama Filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7 S.M.. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas.
Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta, sekarang di pesisir barat Turki. Tetapi filsuf-filsuf Yunani yang terbesar tentu saja ialah: Sokrates, Plato dan Aristoteles. Sokrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah “Komentar-komentar karya Plato belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat.
Sejarah Filsafat Barat
Sejarah Filsafat Barat bisa dibagi menurut pembagian berikut: Filsafat Klasik, Abad Pertengahan, Modern dan Kontemporer.
1. KLASIK
“Pra Sokrates”: Thales - Anaximander - Anaximenes - Pythagoras - Xenophanes – Parmenides - Zeno - Herakleitos - Empedocles – Democritus - Anaxagoras "Zaman Keemasan": Sokrates - Plato – Aristoteles.


DEMOCRITUS (460-360 SM)

Teori Pengetahuan dan Realitas – materialisme atomik, mekanisme, determinisme, relasime representatif, reduksionisme.
- Mengkombinasikan antara sensualisme Protagoras dengan rasionalisme pra Sokrates.
- Pesrsepsi menghasilkan opini: nalar memberi pengetahuan tentang realitas.
- Realitas terdiri atas sejumlah bentuk atom material tak terbatasyang memiliki kualitas utama (bentuk, kelembaman, dst.) dan mengatur sendiri dalam ruang yang tak terbatas pula.
- Nalar harus menggambarkan pengetahuan tentang realitas itu melalui kualitas persepsi kedua (warna, rasa, dsb.).
- Nalar itu sendiri adalah produk dari materi yang bergerak.
- Atom-pikiran ”dipukul” oleh gambar dari objek, yang masuk dalam persepsi yang merupakan sumber abstraksi pengetahuan ilmiah.


SOKRATES (470-399 SM)

Socrates merupakan salah satu figur tradisi filosofis Barat yang paling penting. Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Socrates adalah yang mengajar Plato, dan Plato pada gilirannya juga mengajar Aristoteles.
Salah satu catatan Plato yang terkenal adalah Dialogue, yang isinya berupa percakapan antara dua orang pria tentang berbagai topik filsafat. Socrates percaya bahwa manusia ada untuk suatu tujuan, dan bahwa salah dan benar memainkan peranan yang penting dalam mendefinisikan hubungan seseorang dengan lingkungan dan sesamanya. Sebagai seorang pengajar, Socrates dikenang karena keahliannya dalam berbicara dan kepandaian pemikirannya. Socrates percaya bahwa kebaikan berasal dari pengetahuan diri, dan bahwa manusia pada dasarnya adalah jujur, dan bahwa kejahatan merupakan suatu upaya akibat salah pengarahan yang membebani kondisi seseorang. Pepatahnya yang terkenal: "Kenalilah dirimu".
Socrates percaya bahwa pemerintahan yang ideal harus melibatkan orang-orang yang bijak, yang dipersiapkan dengan baik, dan mengatur kebaikan-kebaikan untuk masyarakat. Ia juga dikenang karena menjelaskan gagasan sistematis bagi pembelajaran mengenai keseimbangan alami lingkungan, yang kemudian akan mengarah pada perkembangan metode ilmu pengetahuan.
Sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum.
Teori Pengetahuan – rasionalisme.
- Socrates sepakat sengan para Sophis bahwa pengetahuan tentang realitas adalah tidak pasti.
- Namun, pengetahuan moral adalah sesuatu yang mungkin: Kebajikan adalah pengetahuan,” dan ada yang disebut dengan kebajikan.
- Pengetahuan moral adalah universal (absolutisme moral).
- Prinsip universal yang terbuka bagi nalar adalah konsep moral yang disepakati oleh semua ide.
- Metode Socratik adalah dialektika dan induktif; universal berasal dari partikular dengan melihat perbedaan pada identitas dan identitas dalam perbedaan.
- Dalam etikanya, Socrates berusaha mencari yang baik, kebajikan (arete) dan kebahagiaan (eudaimonia) dengan menggunakan metode maieutisnya.
- Yang baik menurutnya bukanlah kebaikan yang relatif, tapi yang mendasar . Yang baik bukan pula yang berguna, bukan yang menyenangkan nafsu dan bukan pula kekuasaan. Tetapi orang-orang yang sungguh tahu (arete) bahwa ia adalah manusia. Orang yang demikian ini akan bertindak terhadap sesamanya sebagai manusia sejauh ia mampu. Dan untuk mencapai kebaikan ini dibutuhkan pengendalian diri sendri(eukratia). Dengan demikian kebaikan dan kebahagiaan sesungguhnya terletak pada kebajikan:”seseorang yang berpengetahuan yang mendalam adalah bijaksana, yang bijaksana adalah baik”. Berpengetahuan yang dimaksud di sini erat hubungannya dengan kebajikan. Arete yaitu tahu dan mampu pada bidangnya masing-masing. Artinya tahu seluk-beluk bidang pekerjaannya, bisa mengerjakan dengan betulbetul mengerjakan. Jadi tidak hanya tahu secara konseptual saja tetapi juga secara praktis-teoritis dalam pelaksanaannya serta ada kemampuan untuk melakukannya. Dan kalau orang-orang sungguh-sungguh memeiliki arete, ia tak akan membuat suatu kekeliruan/ kejahatan. Dan pada akhirnya nanti manusia yang bijak karena arete akan mencapai kebahagiaan (eudaimonia). Dengan demikian, pada etika Sokrates ada nilai konkrit akan kebaikan yang bisa dicapai oleh manusia. Dan kebaikan itu adalah suatu kebaikan yang bersifat umum-universal. Karena itu, etika bukanlah suatu yang relatif karena semuanya menuju pada agathon yang bersifat universal.


PLATO (427-347 SM)

Plato adalah filsuf Yunani yang sangat berpengaruh, murid Socrates dan guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah Republik di mana ia menguraikan garis besar pandangannya pada keadaan "ideal". Dia juga menulis 'Hukum' dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama.
Sumbangsih Plato yang terpenting tentu saja adalah ilmunya mengenai ide. Dunia fana ini tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Di dunia ideal semuanya sangat sempurna. Hal ini tidak hanya merujuk kepada barang-barang kasar yang bisa dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil buah intelektual. Misalkan saja konsep mengenai "kebajikan" dan "kebenaran".
Teori Pengetahuan dan Realitas – rasionalisme, intuisisme, doktrin ide, dualisme, platonisme, idelaisme platonic, realisme platonic, idealisme klasik.
- Bersama Democritus, Plato memulai dari persepsi Protagoras tentang teori ilmu pengetahuan. 
- Nalar dan pandangan menemukan universal dalam fenomena perseptual, yakni ide atau bentuk realitas yang dapat dimengerti (rasionalisme dan intuisisme).
- Ilmu pengetahuan berkembang melalui tiga tahap: berkorespondensi dengan perkembangan relatif tiga tingkatan jiwa: (1) doxa – opini atau keyakinan yang secara langsung berasal dari indra; (2) diannoia – pemahaman rasional atau diskursif; (3) neois – intuisi ide langsung. Ilmu pengetahuan memiliki dua objek: (1) apa yang sebenarnya terjadi, yakni wujud (being), esensi (ousia), ide, dan bentuk; dan (2) kebajikan, kebajikan hanya didapat melalui pengetahuan yang benar (dan) pengetahuan itu sendiri adalaha wujud yang benar (windelband).
- Teori Plato tentang ilmu secara sederhana dapat dilihat pada gambar garis terbagi (figure of divided line) dari Plato sendiri dalam buku VI Republik.
- Moral universal atau ideal dari Socrates mendapatkan status ontologi, yakni menjadi dasar realitas.
- Ide adalah sesuatu yang (1) abadi dan sempurna; (2) nyata – ”bentuk” dari realitas yang sebenarnya, pengetahuan yang membentuk kebajikan, ”spesies konsep kelas” (eindelband); (3) disugestikan, diperkirakan, atau ditiru oleh sesuatu dari dunia fenomena; (4) diserap oleh nalar dan intuisi; (5) objektif – tidak tergantung pada pikiran atau yang mengetahui (knower), bila dibandingkan dengan idealisme modern; (6) terdapat pada hierarki di bawah ide yang lebih tinggi dan universal tentang yang ada, kebajikan, indah, dan kebenaran yang terlibat dalam ide kebajikan secara pasti; (7) mengarah kepada ide kebajikan sebagai batas akhir, tujuan akhir (teologi); (8) ideal yang dapat dipahami, yang membentuk perubahan terus-menerus tanpa akhir atau berubah menjadi fenomena; (9) terpatri dalam jiwa (pikiran) melalui sebuah proses rekoleksi atau memori tentang eksistensi masa lalu.
- Dua macam realitas yang paling utama adalah: (1) ide-ide yang nyata secara independen; dan (2) fenomena yang nyata tetapi tidak independen. Terhadap dua realitas ini dapat ditambahkan dengan agen atau pencipta – Tuhan – yang membentuk dunia berdasarkan ide-ide itu.
- Fenomena meliputi dunia ruang-waktu yang mendekati dunia ide yang abadi dan nyata.
Teori Pikiran (jiwa) dan Nilai (etika) – spiritualisme, realisasi diri, doktrin kepribadian.
- Jiwa (pikiran) telah ada sejak semula dan abadi (doktrin keabadian - phaeo). 
- Jiwa (pikiran) terhubung pada jasad sebagai fenomena (proses menjadi) ide-ide (being).
- Jiwa (pikiran) membawa kehidupan dan pengetahuan kepada jasad.
- Jiwa (pikiran) mengukuhkan hubungan dengan jasad melalui tiga fungsi: (1) selera – dorongan atau ketertarikan rasa (epithymia) yang berasal dari perut; (2) keinginan – ambisi atau energi spiritual (thymos) yang bersumber pada dada; dan (3) nalar – pandangan atau pemahaman (neosis) yang bersumber pada pikiran dan berkorespondensi dengan, sebagaimana halnya rindu, dunia ide yang abadi.
- Jiwa (pikiran) mirip dengan kereta perang; dua kuda – selera dan keinginan – yang menggerakannya di bawah bimbingan nalar.
- Tiga fungsi jiwa berkorelasi dengan: (1) tiga bentuk pengetahuan, (2) tiga kelas keadaan ideal (republik), (3) sifat dan tujuan pendidikan (republik).
- Keharmonisan masyarakat secara analogis terkait dengan keharmonisan fungsi jiwa.
- Realisasi keharmonisan fungsional yang ideal adalah keadilan.
- Keadilan menuntut kesederhanaan selera dengan pengendalian keinginan dan pencarian (eros) dan akhirnya mendapat pengetahuan tentang kebajikan (symposium).
Teori Realitas – neo Platonisme, mistisisme, emanasionisme.
- Realitas adalah Yang Satu, sumber semua eksistensi yang memancar dan tempat kembali semua yang ada.
- Adalah sifat Yang Satu itu untuk beremanasi.
- Emanasi mulai dari ide-ide yang membentuk eksistensi penghubung antara wujud (Yang Satu) dengan Yang Takberwujud (nonbeing). Ide-ide memancarkan jiwa, yang selanjutnya memancarkan jasad dan materi.
- Materi merupakan emanasi terakhir dalam pluralitas sesuatu yang secara fisik memiliki bentuk eksistensi negasi tetapi pada hakekatnya ia adalah Tiada atau ketiadaan Wujud.
- Jiwa bersifat individual dan menggerakkan jasad. Jiwa selalu mencari tujuan akhirnya dengan membebaskan diri dari materi (Yang tak berwujud) dan kembali kepada Yang Satu (Wujud).
EMANASI NEOPLATONIK
↓ ↑
Yang Satu (Wujud)
↓ ↑
Dunia Pikiran (Ide-ide)
↓ ↑
Dunia Jiwa (Jiwa-jiwa)
↓ ↑
Materi (Yang Tak berwujud)


ARISTOTELES (384-322 SM)

Aristoteles adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander yang Agung. Ia menulis berbagai subyek yang berbeda, termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik, pemerintahan, etnis, biologi dan zoologi. Bersama dengan Socrates dan Plato, ia dianggap menjadi seorang di antara tiga orang filsuf yang paling berpengaruh di pemikiran Barat.
Aristoteles lahir di Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani (dahulunya termasuk wilayah Makedonia tengah) tahun 384 SM. Ayahnya adalah tabib pribadi Raja Amyntas dari Makedonia. Pada usia 17 tahun, Aristoteles bergabung menjadi murid Plato. Belakangan ia meningkat menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun. Aristoteles meninggalkan akademi tersebut setelah Plato meninggal, dan menjadi guru bagi Alexander dari Makedonia. Saat Alexander berkuasa di tahun 336 SM, ia kembali ke Athena. Dengan dukungan dan bantuan dari Alexander, ia kemudian mendirikan akademinya sendiri yang diberi nama Lyceum, yang dipimpinnya sampai tahun 323 SM.
Filsafat Aristoteles berkembang pada waktu ia memimpin Lyceum, yang mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang metafisika, fisika, etika, politik, kedokteran dan ilmu alam.
Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya akan analisa kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam. Plato menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, sedangkan Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Selanjutnya ia menyatakan bahwa bentuk materi yang sempurna, murni atau bentuk akhir, adalah apa yang dinyatakannya sebagai theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan.
Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).
Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki.
Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti fisika, astronomi, biologi, psikologi, metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.
Dapat dikatakan bahwa pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran Aristoteles dengan teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas di abad ke-13, dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (1135 – 1204), dan dengan teologi Islam oleh Ibnu Rusyid (1126 – 1198). Bagi manusia abad pertengahan, Aristoteles tidak saja dianggap sebagai sumber yang otoritatif terhadap logika dan metafisika, melainkan juga dianggap sebagai sumber utama dari ilmu pengetahuan, atau "the master of those who know", sebagaimana yang kemudian dikatakan oleh Dante Alighieri
Teori Pengetahuan – rasionalisme.
- Mengembangakn logika sebagai metode ilmu pengetahuan.
- Berbeda dengan Plato, Aristoteles menganggap bahwa objek ilmu pengetahuan bukanlah dunia ide tetapi ”hubungan antara dunia ide dengan fenomena yang akan membentuk satu ilmu pengetahuan konseptual (rasional) yang mampu menjelaskan apa yang dirasa.
- Aristoteles menggabungkan antara rasionalisme ilmiah Democitus dngan rasionalisme ontologis Plato – materialisme dengan idealisme. Ide-ide dan bentuk semata-mata hanya terdapat pada benda.
- Logika menjadi makna dari hubungan yang umum (ide) atau sesuatu kepada yang khusus/ partikular (fenomena) yang ada dalam persepsi. 
- Tugas sains adalah memamerkan (mendemonstrasikan) pentingnya logika dengan pandangan (persepsi) yang lebih khusus mengikuti pandangan (konseptual) secara umum.
- Mekanisme deduksi adalah silogisme, di mana dua proposisi diasumsikan benar dan yang ketiga sebagai kesimpulan.
- Deduksi dapat menunjukkan prinsip-prinsip umum dalam partikular tetapi tidak membentuk prinsip-prinsip umum itu sendiri atau pengetahuan baru.
- Aristoteles menggambarkan prinsip-prinsip umum dari partikular melalui induksi atau investigasi.
- Investigasi dalam pemikiran aristoteles berproses dari partikular dalam persepsi... kepada umum yang di mana partikular dapat dibuktikan dan dijelaskan.
- Aristoteles menghubungkan konsep investigasi – prinsip pertama – kepada realitas sebagai penyebab dari partikular.
- Berbeda dengan sains kontemporer, sains Aristoteles memandang kepada yang umum atau penyebab metafisik dari sesuatu.
- Induksi kontemporer non-Aristotelian hanya sampai pada kemungkinan ketimbang kepada prinsip-prinsip umum tertentu secara kebetulan; lebih bersifat pasti (certainity) ketimbang kemungkinan yang memberikan karakteristik pada sains Aristoteles dan teori ilmu pengetahuan.
Teori realitas – teologi, Aristotelian, vitalisme.
- Realitas adalah apa yang terbentang dalam fenomena; termasuk di dalamnya materi dan bentuk (form).
- Materi adalah unsur yang membentuk sesuatu.
- Bentuk adalah yang menyusun atau mengatur materi.
- Materi dan bentuk tidak dapat dipisahkan; di mana ada bentuk, di situ ada materi kecuali pada penyebab pertama – penggerak yang tak digerakkan – yang merupakan bentuk yang transeden.
- Materi dan dan bentuk mencakup substansi; misalnya, sesnsi manusia adalah bentuk; aspek fisik dan psikologisnya merupakan materi.
- Substansi (misalnya manusia) memiliki sifat-sifat atau keuniversalan, misalnya merah.
- Keuniversalan hanya terdapat pada benda tertentu, berbeda dengan Plato.
- Terdapat sepuluh kategori realitas, di mana substansi merupakan yang paling utama karena disematkan pada subjek dan tidak ada pada subjek itu; hanya substansilah yang disebut subjek; semua kategori yang lain; seperti kualitas dan kuantitas, mesti disematkan pada substansi.
- Kategori-kategori tidak hanya menunjuk pada pemikiran dan bahasa tetapi juga pada realitas.
- Materi dan bentuk saling terkait, seperti kayu rongsokan adalah bentuk dari kayu tetapi materi untuk rumah.
- Materi memiliki potensi menjadi bentuk.
- Bentuk adalah aktualisasi; biji adalah aktualisasi itu sendiri tetapi merupakan pontensial untuk menjadi pohon.
- Aktualisasi atau proses menjadi merupakan hasil dari sebab. Sebab atau faktor pengubah adalah (1) material – keterbatasan materi; (2) formal (bentukan) – pola bentuk yang dibutuhkan; (3) efisien – daya yang menghasilkan perubahan; dan (4) final – akhir atau tujuan dari aktualisasi. Penyebab terakhir dari semua realitas adalah tak berubah, penggerak tak tergerak, dan murni sebagai bentuk.
- Realitas bersifat abadi tetapi teleologis karena disebabkan potensialitas membutuhkan aktualitas dalam kecenderungan aktualisasi bentuk murni (nalar).
Teori pikiran (jiwa dan etika) – fungsionalisme, eudemonisme.
- Pikiran (jiwa) merupakan aktualisasi utama dari tubuh fisik yang dilengkapi kehidupan dan dalam hal ini ia adalah penglihatan yang ada pada mata.
- Intelesi tubuh adalah sifat inheren dari tubuh.
- Pikiran adalah yang menggerakkan tubuh menuju realisasi diri.
- Kebijakan tertinggi adalah aktivitas yang diarahkan kepada realisasi diri dalam arti kegiatan aktif atau murni nalar.
- Pencapaian realisasi diri menghasilkan eudemonia (kebaikan).

2. Abad Pertengahan
"Skolastik": Thomas Aquinas


THOMAS AQUINAS (1224-1274)

Thomas Aquinas kadangkala juga disebut Thomas dari Aquino (bahasa Italia: Tommaso d’Aquino) adalah seorang filsuf dan ahli teologi ternama dari Italia.
Ia terutama menjadi terkenal karena dapat membuat sintesis dari filsafat Aristoteles dan ajaran Gereja Kristen. Sintesisnya ini termuat dalam karya utamanya: Summa Theologiae (1273). Ia disebut sebagai "Ahli teologi utama orang Kristen." Bahkan ia dianggap sebagai orang suci oleh Gereja Katholik dan memiliki gelar santo.
Aquinas merupakan teolog skolastik yang terbesar. Ia adalah murid Albertus Magnus. Albertus mengajarkan kepadanya filsafat Aristoteles sehingga ia sangat mahir dalam filsafat itu. Pandangan-pandangan filsafat Aristoteles diselaraskannya dengan pandangan-pandangan Alkitab. Ialah yang sangat berhasil menyelaraskan keduanya sehingga filsafat Aristoteles tidak menjadi unsur yang berbahaya bagi iman Kristen. Pada tahun 1879, ajaran-ajarannya dijadikan sebagai ajaran yang sah dalam Gereja Katolik Roma oleh Paus Leo XIII.
Thomas dilahirkan di Roccasecca, dekat Aquino, Italia, tahun 1225. Ayahnya ialah Pangeran Landulf dari Aquino. Orang tuanya adalah orang Kristen Katolik yang saleh. Itulah sebabnya anaknya, Thomas, pada umur lima tahun diserahkan ke biara Benedictus di Monte Cassino untuk dibina agar kelak menjadi seorang biarawan. Setelah sepuluh tahun Thomas berada di Monte Cassino, ia dipindahkan ke Naples untuk menyelesaikan pendidikan bahasanya. Selama di sana, ia mulai tertarik kepada pekerjaan kerasulan gereja, dan ia berusaha untuk pindah ke Ordo Dominikan, suatu ordo yang sangat berperanan pada abad itu. Keinginannya tidak direstui oleh orang tuanya sehingga ia harus tinggal di Roccasecca setahun lebih lamanya. Namun, tekadnya sudah bulat sehingga orang tuanya menyerah kepada keinginan anaknya. Pada tahun 1245, Thomas resmi menjadi anggota Ordo Dominikan.
Sebagai anggota Ordo Dominikan, Thomas dikirim belajar pada Universitas Paris, sebuah universitas yang sangat terkemuka pada masa itu. Ia belajar di sana selama tiga tahun (1245 -- 1248). Di sinilah ia berkenalan dengan Albertus Magnus yang memperkenalkan filsafat Aristoteles kepadanya. Ia menemani Albertus Magnus memberikan kuliah di Studium Generale di Cologne, Perancis, pada tahun 1248 - 1252.
Pada tahun 1252, ia kembali ke Paris dan mulai memberi kuliah Biblika (1252-1254) dan Sentences, karangan Petrus Abelardus (1254-1256) di Konven St. Jacques, Paris.
Kecakapan Thomas sangat terkenal sehingga ia ditugaskan untuk memberikan kuliah-kuliah dalam bidang filsafat dan teologia di beberapa kota di Italia, seperti di Anagni, Orvieto, Roma, dan Viterbo, selama sepuluh tahun lamanya. Pada tahun 1269, Thomas dipanggil kembali ke Paris. Ia hanya tiga tahun berada di sana karena pada tahun 1272 ia ditugaskan untuk membuka sebuah sekolah Dominikan di Naples.
Dalam perjalanan menuju ke Konsili Lyons, tiba-tiba Thomas sakit dan meninggal di biara Fossanuova, 7 Maret 1274. Paus Yohanes XXII mengangkat Thomas sebagai orang kudus pada tahun 1323.
Ajaran Thomas Aquinas
Thomas mengajarkan Allah sebagai "ada yang tak terbatas" (ipsum esse subsistens). Allah adalah "dzat yang tertinggi", yang memunyai keadaan yang paling tinggi. Allah adalah penggerak yang tidak bergerak. Tampak sekali pengaruh filsafat Aristoteles dalam pandangannya.
Dunia ini dan hidup manusia terbagi atas dua tingkat, yaitu tingkat adikodrati dan kodrati, tingkat atas dan bawah. Tingkat bawah (kodrati) hanya dapat dipahami dengan mempergunakan akal. Hidup kodrati ini kurang sempurna dan ia bisa menjadi sempurna kalau disempurnakan oleh hidup rahmat (adikodrati). "Tabiat kodrati bukan ditiadakan, melainkan disempurnakan oleh rahmat," demikian kata Thomas Aquinas.
Mengenai manusia, Thomas mengajarkan bahwa pada mulanya manusia memunyai hidup kodrati yang sempurna dan diberi rahmat Allah. Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, rahmat Allah (rahmat adikodrati) itu hilang dan tabiat kodrati manusia menjadi kurang sempurna. Manusia tidak dapat lagi memenuhi hukum kasih tanpa bantuan rahmat adikodrati. Rahmat adikodrati itu ditawarkan kepada manusia lewat gereja. Dengan bantuan rahmat adikodrati itu manusia dikuatkan untuk mengerjakan keselamatannya dan memungkinkan manusia dimenangkan oleh Kristus.
Mengenai sakramen, ia berpendapat bahwa terdapat tujuh sakramen yang diperintahkan oleh Kristus, dan sakramen yang terpenting adalah Ekaristi (sacramentum sacramentorum). Rahmat adikodrati itu disalurkan kepada orang percaya lewat sakramen. Dengan menerima sakramen, orang mulai berjalan menuju kepada suatu kehidupan yang baru dan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang menjadikan ia berkenan kepada Allah. Dengan demikian, rahmat adikodrati sangat penting karena manusia tidak bisa berbuat apa-apa yang baik tanpa rahmat yang dikaruniakan oleh Allah.
Gereja dipandangnya sebagai lembaga keselamatan yang tidak dapat berbuat salah dalam ajarannya. Paus memiliki kuasa yang tertinggi dalam gereja dan Pauslah satu-satunya pengajar yang tertinggi dalam gereja. Karya teologis Thomas yang sangat terkenal adalah "Summa Contra Gentiles" dan "Summa Theologia".
Teori pengetahuan – realisme Aristotelian, realisme klasik.
- Nalar yang tanpa tujuan semata tidaklah cukup untuk mengetahui dunia dan Tuhan.
- Ada unsur “given” baik dalam pengetahuan tentang dunia yang berupa pengalaman maupun dalam pengetahuan tentang Tuhan yang berupa wahyu.
- St. Thomas Aquinas sejalan dengan Aristoteles yang mengatakan bahwa tidak ada sesuatu dalam intelek yang bukan yang pertama dalam pengalaman.
- Berbeda dengan Aristoteles, St. Thomas Aquinas mengatakan bahwa manusia diciptkan untuk sebuah akhir supernatural dan karenanyaia tidak sempurna dalam dirinya dan dalam dunia ini, sama halnya dengan ketidaksempurnaan ilmu pengetahuan tanpa wahyu.
- Objek material adalah nyata dan sedang berusaha untuk tidak hanya eksis tetapi juga menghaislkan persepsi bagi intelek (pikiran). 
- Intelek (pikiran) juga nyatadan sedang berudaha tidak hanya untuk eksis tetapi juga mengabstrakkan bentuk-bentuk (ide) esensi, yakni sesuatu atau substansi.
- Intelek bekerja untuk menggunakan pengalaman sebagai alat untuk dapat mengetahui sesuatu yang benar-benar nyata secara independen, yaitu menggunakan image dan konsep sensori atau ide universal yang terabstrakkan dari partikular-partikular dengan tujuan untuk mengetahui sesuatu.
- Konsep, seperti bundar bersifat universal dalam pikiran maupun dalam sesuatu, menjadikan ilmu pengetahuan dapat bersifat objektif.
Teori realitas – teisme, absolut, Thomisme, Aristotelianisme, Skolatisisme, Supernaturalisme.
Tugas filsafat bersifat metafisik dalam pandangan Aristoteles, yang dimulai dengan dunia ada yang konkrit sampai kepada pengetahuan tentang apa yang disebut being, bagaimana ini ada, bagaimana syarat keberadaannya.
Dunia diciptakan dari yang tiada oleh Tuhan yang satu-satunya memiliki esensi, yaitu substansi, identik dengan eksistensi (supernaturalisme).
Tuhan adalah tindak murni, wajib ada, tidak sebagai eksistensi yang tidak tentu; Dia adalah eksistensi itu sendiri.
Esensi dan eksistensi merupakan dua unsur prinsip metafisika dari segala sesuatu yang terbatas.
Tidak ada esensi tanpa eksistensi, dan tidak ada eksistensi tanpa esensi.
Dunia, termasuk manusia, adalah sebuah pluralitas dan hierarki dari sesuatu yang nyata, yang dalam taraf yang berbeda menggabungkan tindakan dengan potensi.
Tuhan tidak hanya merupakan prinsip pertama secara filosofis. 
Tuhan memiliki semua karakteristik tersebut dan misteri Tuhan personal dalam Kristen (teisme).

TUHAN
WAHYU ↓ ↑ hanya diketahui melaui wahyu,
(Teologi) ↓ ↑ seperti misteri tentang trinitas.
↓ ↑ diketahui baik melalui wahyu maupun akal,
↓ ↑ seperti adanya Tuhan.
AKAL ↓ ↑ diketahui tidak dengan melalui wahyu, tetapi dengan pancaran akal,
(Filsafat) ↓ ↑ seperti, kebenaran matematika.
MANUSIA DUNIA 

3. Modern
Machiavelli - Giordano Bruno - Francis Bacon - Rene Descartes - Baruch de Spinoza- Blaise Pascal - Leibniz - Thomas Hobbes - John Locke - George Berkeley - David Hume - William Wollaston - Anthony Collins - John Toland - Pierre Bayle - Denis Diderot - Jean le Rond d'Alembert - De la Mettrie - Condillac - Helvetius - Holbach - Voltaire - Montesquieu - De Nemours - Quesnay - Turgot - Rousseau - Thomasius - Ch Wolff - Reimarus - Mendelssohn - Lessing - George Hegel - Immanuel Kant - Fichte - Schelling - Schopenhauer - De Maistre - De Bonald - Chateaubriand - De Lamennais - Destutt de Tracy - De Volney - Cabanis - De Biran - Fourier - Saint Simon - Proudhon - A. Comte - JS Mill - Spencer - Feuerbach - Karl Marx - Soren Kierkegaard - Friedrich Nietzsche - Edmund Husserl.


RENE DESCARTES (1596-1650) – Meditasi dan Diskursus tentang Metode

René Descartes juga dikenal sebagai Cartesius, merupakan seorang filsuf dan matematikawan Perancis. Karyanya yang terpenting ialah Discours de la méthode (1637) dan Meditationes de prima Philosophia (1641).
Descartes, kadang dipanggil "Penemu Filsafat Modern" dan "Bapak Matematika Modern", adalah salah satu pemikir paling penting dan berpengaruh dalam sejarah barat modern. Dia menginspirasi generasi filsuf kontemporer dan setelahnya, membawa mereka untuk membentuk apa yang sekarang kita kenal sebagai rasionalisme kontinental, sebuah posisi filosofikal pada Eropa abad ke-17 dan 18.
Pemikirannya membuat sebuah revolusi falsafi di Eropa karena pendapatnya yang revolusioner bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang bisa berpikir.
Dalam bahasa Latin kalimat ini adalah: cogito ergo sum sedangkan dalam bahasa Perancis adalah: Je pense donc je suis. Keduanya artinya adalah:
"Aku berpikir maka aku ada". (Ing: I think, therefore I am) 
Meski paling dikenal karena karya-karya filosofinya, dia juga telah terkenal sebagai pencipta sistem koordinat Kartesius, yang mempengaruhi perkembangan kalkulus modern.
- Descartes adalah bapak filsafat modern dan juga seorang ahli matematika, karena itu dia dianggap sebaai bapak geometri analitis.
- Memberikan banyak sumbangan penting pada ilmu aljabar.
- Dengan mengikuti penemuan kembali manusia dan alam di zaman Renaisans, kebutuhan untuk menyusun pemikiran kontemporer menjadi satu sistem filsafat yang koheren kembali muncul.
- Berusaha untuk memasukkan gagasan-gagasan baru ke dalam sistem filsafat yang jernih.
- Pembangunan-sistem pertama yang paling berpengaruh. Dan diikuti oleh Spinoza dan Leibniz, Locke dan Berkeley, Hume dan Kant.
- Memiliki hasrat yang kuat untuk mendapatkan wawasan mengenai hakikat manusia dan alam raya.
- Perhatian utamanya adalah pada apa yang dapat kita ketahui, atau dengan kata lain, pengetahuan-pengetahuan tertentu.
- Terdapat pertanyaan besar mengenai hubungan antara badan dan jiwa.
- Descartes sangat menolak anggapan bahwa manusia harus menerima bahwa dia tidak mengetahui apa-apa.
- Pada masanya ilmu-ilmu alam yang baru mengembangkan suatu metode yang dapat memberikan gambaran yang tepat mengenai proses alam.
- Seperti Plato, Descartes yakin bahwa ada batasan tegas antara ‘ruh’ dan ‘materi’.
- Descartes tidak menyangkal bahwa ada interaksi konstan antara ‘ruh’ dan ‘materi’.
- Dalam karya Descartes, Diskursus tentang Metode yaitu mengajukan pertanyaan tentang metode yang harus digunakan filosof untuk memecahkan suatu masalah filosofis.
- Pernyataan Descartes ialah “kita tidak dapat menerima apa pun sebagai sesuatu yang benar kecuali jika kita dapat dengan jelas dan tegas memahaminya.”
- Descartes percaya bahwa filsafat mestinya beranjak dari yang sederhana menuju yang rumit.
- Menurut Descartes matematika dan angka dapat memberikan kita lebih banyak kepastian daripada bukti dari indra-indra kita.
- Descartes menganggap tidak masuk akal jika kita meragukan semuanya, tapi dia menganggap secara prinsip kita bisa meragukan segala sesuatu.
- Descartes mutlak meragukan segala sesuatu.
- Satu hal pasti benar, dan itu adalah bahwa dia ragu. Ketika ragu, dia pasti sedang berpikir, dan karena berpikir, pastilah bahwa dia seorang makhluk yang berpikir.
- Ungkapannya Cogito Ergo Sum yaitu aku berpikir, karena itu aku ada.
- Descartes mempercayai Tuhan itu ada sebagai wujud yang sempurna.
- Descartes menyatakan bahwa ada dua bentuk realitas yang berbeda atau substansi yang berbeda: pertama, substansi gagasan atau pikiran dan kedua, substansi perluasan atau materi.
- Descartes sebagai seorang dualis menerapkan pembagian tegas antara realitas pikiran dan realitas perluasan.
- Kesimpulannya bahwa manusia adalah makhluk ganda yang berpikir dan juga mengambil tempat dalam ruang.
- Menurutnya pikiran itu pada dasarnya adalah gagasan.
- Descartes adalah seorang rasionalis yaitu seorang yang sangat mempercayai akalnya.
Teori pengatahuan – rasionalisme, intuisme.
Tujuan pengetahuan adalah kepastian. Kepasstian berasal dari (1) intuisi – cahaya nalar alami yang menghasilkan penjelasan yang tak diragukan; (2) deduksi – semua inferensi penting berasal dari fakta-fakta lain yang diketahui dengan kepastian. Kepastian memerlukan keraguan sistematis (skepstisme metodologis). Keraguan sistematis ini membawa kepada kejelasan yang yak diragukan dan prinsip pertama di mana semua pengetahuan penting dan murni dapat dideduksi, sebagaimana misalnya dlaam pengetahuan geometri. Metode Cartesian mensyaratkan empat aturan sebagai pedoaman dalam proses opini menjadi sains: (1) tidak pernah menerima sesuatu sebgai kebenaran kecuali telah jelas dan mutlak. (2) menganalisis atau mereduksi problem ke bagian yang dapat diopecahkan kembali. (3) mengorganisir partikular ke dalam pengetahuan general. (4) mengecek demi kesempurnaan dan kasus negatif.
Teori realitas – dualisme.
Realitas pada manusia terdiri dari dua substansi: (1) materi, yaitu eksistensi dalam ruang dan waktu; (2) pikiran, yaitu spirit pemikiran tak diperluas yang memantulkan dunia materi. Tuhan adalah substansi absolut, tidak diciptakan, tidak digerakkan, dan sempurna – pencipta materi dan pikiran manusia. Sebagai dunia kesadaran yang terdalam, pikiran bersifat bebas dan dimotivasi oleh Tuhan. Sebagai dunia yang berada di luar ruangan (space), materi mengatur mekanisme dunia dalam gerak dan dikendalikan Tuhan, yang merupakan sebab pertama, dan dilanjutkan dalam gerak sesuai dengan hukum alam secara inheren (determinisme).


BARUCH DE SPINOZA (1632-1677) – Etika Berbasis Teknologi. Risalah Teologiko-Politis

Baruch de Spinoza adalah filsuf keturunan Yahudi dari keluarga yang bermigrasi ke Belanda. Pikiran-pikirannya berakar dalam tradisi Filsafat Yahudi yang dirintis sejak Philo yang menggabungkan agama Yahudi dengan Filsafat Yunani. Ciri pokok pemikiran Yahudi adalah usaha memadukan ilmu pengetahuan dan mistik.
- Spinoza percaya bahwa agama Kristen atau Yahudi hanya dihidupkan oleh dogma yang kaku dan ritual lahiriah.
- Spinoza adalah orang pertama yang menerapkan apa yang kita sebut penafsiran historis-kritis atas Bibel.
- Salah satu pilar filsafat Spinoza sesungguhnya adalah melihat segala sesuatu dari perspektif keabadian.
- Spinoza menyamakan alam dengan Tuhan.
- Spinoza seorang panteis.
- Bukunya yang paling penting adalah Etika Dibuktikan secara Geometris.
- Etika menurut Spinoza adalah seni kehidupan dan kelakuan moral.
- Spinoza adalah bagian dari tradisi rasionalistik. Dia adalah seorang Rasionalis.
- Dia ingin etikanya dapat membuktikan bahwa kehidupan manusia itu tergantung pada hukum alam yang universal.
- Etika Spinoza adalah manusia hendaknya tidak terbawa oleh perasaannya.
- Spinoza menyangkal pendapat Descartes mengenai dua substansi – substansi pikiran dan perluasan – karena ia percaya bahwa hanya ada satu substansi.
- Spinoza seorang monis, dia mereduksi alam dan kondisi segala sesuatu menjadi satu substansi.
- Spinoza menyatakan bahwa seluruh benda material dan segala sesuatu yang terjadi di seputar kita merupakan ungkapan Tuhan atau alam. Hanya ada satu Tuhan, satu alam, atau satu substansi.
- Spinoza percaya bahwa Tuhan – atau hukum alam – adalah penyebab batiniah dari segala sesuatu yang terjadi.
- Spinoza menenkankan bahwa hanya ada satu zat yang sepenuhnya dan benar-benar merupakan ‘penyebab dirinya sendiri’ dan dapat bertindak dengan kebebasan penuh.
- Spinoza melihat segala sesuatu ‘sub specie aeternitatis’ yang berarti melihat segala sesuatu dari perspektif keabadian.
Teori realitas – monisme, panteisme
Realitas adalah substansi yang tak terbatas atau Tuhan. Yang sayan maksud dengan Tuhan adalah sesuatu yang benar-benar tidak terbatas – substansi yang terdiri dari sifat-sifat tak terbatas. Dari sudut pandang manusia, terdapat dua sifat yang dapat diketahui: kesadaran (pikiran) dan eksistensi (materi). Pikiran dan jasad, pemikiran dan gerak, adalah paralel: penggantian kausal dari kejadian-kejadian fisik diparalelkan dengan pergantian logis ide-ide (paralelisme). Tuhan dan alam semesta adalah satu (panteisme). Tuhan merupakan sebab immanen – bukan pencipta. Semua kejadian yang ada adalah interdependen dan penting (determinisme). Semua tahapan-tahapan yang tanpa akhir dari jasad dengan segala bagian, bentuk, dan geraknya adalah bentuk eksistensi (materi), seperti halnya tahapan-tahapan tanpa akhir dari pikiran dengan segala ide dan kemauannya adalah bentuk kesadaran (pikiran). Monisme Spinoza berusaha merekonsiliasikan idealisme dengan materialisme.


LEIBNIZ (1646-1716)

Gottfried Wilhem Leibniz atau kadangkala dieja sebagai Leibnitz atau Von Leibniz adalah seorang filsuf Jerman keturunan Sorbia dan berasal dari Sachsen. Ia terutama terkenal karena faham Théodicée bahwa manusia hidup dalam dunia yang sebaik mungkin karena dunia ini diciptakan oleh Tuhan Yang Sempurna. Faham Théodicée ini menjadi terkenal karena dikritik dalam buku Candide karangan Voltaire.
Selain seorang filsuf, ia adalah ilmuwan, matematikawan, diplomat, ahli fisika, sejarawan dan doktor dalam hukum duniawi dan hukum gereja. Ia dianggap sebagai Jiwa Universalis zamannya dan merupakan salah seorang filsuf yang paling berpengaruh pada abad ke-17 dan ke-18. Kontribusinya kepada subyek yang begitu luas tersebar di banyak jurnal dan puluhan ribu surat serta naskah manuskrip yang belum semuanya diterbitkan. Sampai sekarang masih belum ada edisi lengkap mengenai tulisan-tulisan Leibniz dan dengan ini laporan lengkap mengenai prestasinya belum dapat dilakukan.
Riwayat hidup singkat
Karir Leibniz secara singkat adalah berikut:
• 1646-1666: Tahun-tahun formatif
• 1666–74: Terutama bekerja pada Kurfürst Mainz, Johann Philipp von Schönborn, dan menterinya, Baron von Boineburg. 
o 1672–76. Tinggal di Paris, dan membuat dua perjalanan penting ke London.
• 1676–1716. Mengabdi pada Keluarga Bangsawan Hannover. 
o 1677–98. Menjadi punggawa, pertama dari John Frederick, Duke of Brunswick-Lüneburg, lalu pada saudaranya, Duke, then Elector, Ernst August of Hanover. 
 1687–90. Bepergian secara luas di Jerman, Austria, dan Italia, mebuat penelitian mengenai buku yang diperintahkan oleh sang Kurfürst mengenai sejarah Kelurga Braunschweig.
o 1698–1716: Mengabdi pada Kurfürst Georg Ludwig dari Hannover. 
1712–14. Tinggal di Wina. Ditunjuk menjadi anggota Dewan Kekaisaran pada tahun 1713 oleh Charles VI, Kaisr Romawi Suci, pada istana Habsburg di Wina.
o 1714–16: Georg Ludwig, setelah menjadi George I dari Britania Raya, melarang Leibniz mengikutinya ke London. Leibniz mengakhiri hayatnya dalam keadaan yang kurang lebih diterlantarkan.
Leibniz adalah seorang rasionalis, sebagai penganut rasionalistik ia sangat mengedapankan penggunaan akal dalam mencari arti kehidupan.
Seorang ahli matematika dari Jerman dan juga seorang filsuf menemukan metode kalkulus.
Leibniz menemukan mesin hitung.
Tujuan Leibniz terhadap filsafat adalah menghilangkan anggapan bahwa teori dasar itu terdiri atas jumlah, kenyataan, suara, atau warna.
Posisinya dapat disejajarkan dengan Descartes dengan Spinoza sebagai filsuf.
Leibniz sangat gigih dalam mencari arti kehidupan di dunia ini dan dalam waktu yang singkat ia sangat dikagumi di Latin karena kehebatannya.
Leibniz menemukan metode ‘bilangan biner’ yang sampai saat ini masih digunakan pada program komputer.
Leibniz juga menggunakan metode matematika dalam menganalisis filsafat untuk mencari makna kehidupan.
Dengan metode matematikanya pula Leibniz menciptakan sistem determinan.
Leibniz mengembangkan beberapa cara untuk mengatasi masalah linear.

Teori realitas – atomisme
Realitas merupakan harmonisasi keseluruhan yang dikendalikan oleh hukum matematika dan logika. Harmonisasi keseluruhan ini merupakan manifestasi dari jumlah daya yang tak terbatas dengan entitas dinamis. Daya adalah sumber dunia mekanik. Ruang adalah hasil dari koeksistensi daya yang harmonis. Unit utama dari daya adalah monad. Leibniz mengembangkan ide Bruno tentang monad sebagai sebuah atom spiritual. Monad adalah dunia yang dalam dirinya, yakni entitas yang menjadi ‘cermin dunia’ di dalam dirinya. Monad tidak terletak pada ruang tetapi menciptakan ruang yang membingkai atau menstruktur dunia partikularnya. Karena itu, ruang bersifat relatif. Monad bertukar-tukar melalui keseluruhan spektrum kesadaran dari kesadaran terendah objek mati kepada kesadaran diri manusia. Tidak ada monad yang memiliki kesamaan, jika ada itu hanya identik(hukum identitas yang tidak dapat diketahui).
Selanjutnya, tidak ada keterpecahan dalam spektrum dari batu kepada Tuhan (hukum kontinuitas). Tuhan adalah asal mula dam monad tertinggi – monad dari semua monad, yakni dia daya atau aktivitas murni. Setiap individu monad berkembang dengan kepentingan yang mendalam; ia ‘dibebani oleh yang terdahulu’ dan ‘besar bersama masa datang’. Terdapat harmonisasi yang telah dibangun sebelumnya antara mental dengan fisik pada semua fenomena. Fungsi manusia sebagai pengharmonisasi menjalankan “mesin tuhan” dalam “semua dunia mungkin yang sebaik-baiknya’ sesuai dengan maksud yang dikehendaki Tuhan.


THOMAS HOBBES (1588-1679)

Hobbes dilahirkan pada tahun 1588 di Inggris. Ia adalah seorang anak pendeta. Thomas dibesarkan oleh saudara ayahnya. Ia pernah belajar di perguruan tinggi Oxford, tetapi ia merasa bahwa pendidikan di perguruan tinggi ini tidak memberikan manfaat kepadanya. 
Sebuah tulisan yang membuatnya terkenal adalah Leviathan atau Commonwealth. Bukunya ini menunjukan dengan nyata kedua pengaruh di atas: manusia dan pergaulan hidup sebagai suatu mekanisme, serta manusia yang penuh rasa takut, dan hanya bertindak berdasar kepentingan diri. Hobbes berpendapat bahwa nilai itu bersifat subyektif. Ia juga mengemukakan bahwa telah menjadi fitrah manusia untuk berselisih dan bertengkar sesamanya. Manusia memang mempunyai persamaan dalam kesanggupan, tetapi ini berlaku pula sesamanya, yang hanya bisa selesai bila ada kekuasaan pada satu pihak dalam menghadapi yang lain. Tetapi di balik pertentangan itu manusia mempunyai keinginan untuk hidup damai dan rukun. Ini menyebabkan ia tunduk pada kekuasaan yang diakui bersama. Hanya saja keinginan untuk berkuasa tidak ada hentinya sampai ajal menghapuskan keinginannya. Bagaimana akibat hal tersebut pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara? Menurut Hobbes, kehidupan dalam keadaan alami (state of nature), suatu keadaan di mana fitrah dan tabiat manusia terdapat tanpa adanya hambatan dan restriksi apapun. Dengan sendirinya keadaan seperti itu menggambarkan permusuhan sengit antar manusia untuk berkuasa dan mempertahankan kebebasannya. Segalanya akan lebih efektif apabila seseorang dapat menguasai yang lain.
Pemikiran Hobbes yang penting adalah mengenai social contract (perjanjian bersama, perjanjian masyarakat, kontrak sosial). Perjanjian ini mengakibatkan manusia-manusia bersangkutan menyerahkan segenap kekuatan dan kekuasaannya masing-masing kepada seseorang atau pada suatu majelis. Gerombolan orang yang berjanji itu pun menjadi satu dan ini bernama Commonwealth atau Civitas. Pihak yang memperoleh kekuasaan itu mewakili mereka yang telah berjanji. Jadi menurut Hobbes, isi perjanjian bersama itu mengandung dua segi: pertama, perjanjian antara sesama sekutu, sehingga tercipta sebuah persekutuan, dan kedua, perjanjian meneyerahkan hak dan kekuasaan masing-masing kepada seseorang atau majelis secara mutlak. Menurutnya, penguasa dapat mempergunakan segala cara termasuk kekerasan untuk menjaga ketentraman yang dikehendaki di awal. Walaupun Hobbes mengatakan bahwa penguasa dapat berupa majelis, tetapi ia lebih suka melihatnya berada di tangan satu orang karena seseorang akan dapat berpegang terus pada satu kebijakan dan tidak berubah-ubah karena banyaknya pemikiran seperti dalam majelis. Walaupun menurutnya kekuasan bersifat mutlak, tetapi ada beberapa hal yang membolehkan rakyat untuk menentangnya. 
Teori Realitas – nominalisme, materialisme mekanistik, behaviorisme. 
Segala sesuatuadalah ”bodi/jasmani.” Jika Tuhan itu ada, Tuhan juga ”bodi.” Pemikiran mekanisme yang digambarkan Galileo dan Descartes terhadap dunia material atau dunia terbentang (extended) juga berlaku bagi dunia manusia. Tak satu pun yang namanya immaterial (naturalisme). Semua ”bodi” tunduk kepada penyebab efisien (materialisme mekanistik). Manusia hanyalah ” bodi” yang tunduk kepada kekuatan yang menggerakkannya secara emosional maupun fisik (behaviorisme).
Teori Pengetahuan – nominalisme, rasionalisme (tetapi juga skeptisisme). 
Sensasi (phantasmes atau rasa imaj) lahir dari gerak jasmani bersama dengan nalar yang membentuk pengetahuan. Namun, nalar bukan sebuah ”cahaya” yang memancarkan kebenaran universal, sebagaimana terdapat dalam filsafat abad pertengahan atau filsafat Cartesian, nalar juga bukan aktivitas pikiran yang dipahmi secara umum (tidak ada yang namanya pikiran). Akan tetapi nalar merupakan sebuah epiphenomenon tubuh manusia yang memilki fungsi tertentu, seperti memberi nama, mengindentifikasi sebab-sebab alami, atau kejadian secara simbolik. Meskipun pemahaman manusia dapat menggambarkan nama secara umum, namun ada sesuatu yang tidak universal, baik sebaga entitas independen maupun sebagai entitas mental (nominalisme). Pemikiran tentang berbagai hal muncul sebagai sebuah ”usaha” atau reaksi terhadap tekanan dari luar dalam bentuk phantasme atau rasa imej; pemikiran adalah suksesi atau kelanjutan dari epifenomena ini atau itu. Pemikiran terkandung dalam koherensi ucapan seseorang dan pemikiran lebih merupakan sistem simbolik dari pada sebuah korespondensi terhadap fakta. Pengetahuan lebih merupakan koheren dan organisasi simbol linguis=tik daro pada sebaai kandungan intelektual terhadap sejmlah relitas objektif. Tujuan pengetahuan adalah mengontrol alam, termasuk manusia. Meskipun Hobbes seorang rasionalis dan determinis, namun ia menunjukan sikap skeptisismenya dalam keraguannya berkaitan dengan objektifitas demonstrasi kausalnya dan juga pandangannya – berbeda dengan para rasionalis lain – yang mengatakan bahwa nalar lebih bersifat epifenomenal dari pada metafisik.
Teori Moral, Psikologi, dan Politik – naturalisme, egoisme psikologi dan etika, otoritarianisme, legalisme, positivisme, epophenomenalisme. 
Kesetujuan atau ketidak setujuan moral merupakan sebuah fungsi ikhtiar – ketertarikan merupakan ikhtiar positif dan kebencian adalah ikhtiar negatif. Apa yang disenangi manusia (baik), iajuga akan mengatakan mencintainya, dan membenci sesuatu merupakan hal yang tidak disuakinya (buruk, jahat). Tanpa hukumdan peraturan, manusia akan diatur merupakan hukum rimba di mana ”setiap orang memiliki hak terhadap yang lain,” apa pun yang menarik seseorang, itu adalah ”baik” baginya. Karena kesenangan manusia yang suka bertengkar, hukum rimba menjadi ”penjara, menjijikan, tidak berprikemanusiaan, dan pendek akal.”Melalui kesepakatan, manusia hidup di bawah hukum di mana hak masing-masing terhadap ”yang lain” tunduk pada sebuah otoritas kedaulatan yang memiliki keputusan yang menentukan moralitas, yaitu apa-apa yang sah dan kekuatan untuk menegakkannya. Benar adalah apa yang diatur oleh hukum, apa yang dikatakan oleh hukum merupakan pengejawantahan dari apa yang dikatakan oleh kedaulatan. Masyarakat dan moralitas tampak sebagai alternatif rasional terhadap hukum rimba manusia yang mengejar kepentingannya secara eksklusif (egoisme psikologis) dan yang mengatakan bahwa kepentingannya yang paling utama untuk dilayani oleh otoritas kedaulatan dan penegakan hukum secara tegas; tanpa ini semua, tidak ada yang namanya masyarakat dan moralitas.


JOHN LOCKE (1632-1704) – Esai Seputar Pemahaman Manusia

John Locke adalah filsuf dari Inggris dengan pandangan empirisme. Ia sering disebut sebagai tokoh yang memberikan titik terang dalam perkembangan psikologi. Teori yang sangat penting darinya adalah tentang gejala kejiwaan adalah bahwa jiwa itu pada saat mula-mula seseorang dilahirkan masih bersih bagaikan sebuah "tabula rasa".
- Locke adalah tokoh empiris.
- Seorang empiris akan mendapatkan pengetahuan mengenai dunia dari apa yang dikatakan indra.
- Locke sependapat dengan Aristoteles yaitu “tidak ada sesuatu dalam pikiran kecuali yang sebelumnya telah diserap oleh indera.”
- Menurut Locke bahwa semua pikiran dan gagasan kita berasal dari sesuatu yang telah kita dapatkan melalui indra. Dengan cara ini muncul apa yang disebut Locke gagasan-gagasan indra yang sederhana.
- Pikiran tidak hanya bersikap pasif menerima dari luar. Beberapa aktivitas berlangsung di dalam pikiran pula. Gagasan-gagasan dari indra itu diolah dengan cara berpikir, bernalar, mempercayai, dan meragukan, dan dengan demikian menimbulkan apa yang dinamakannya perenungan.
- Jadi Locke membedakan antara ‘pengindraan’ dan ‘perenungan’.
- Locke menekankan bahwa satu-satunya yang dapat kita tangkap adalah pengindraan sederhana.
- Karya utama Locke adalah Esai Mengenai Pemahaman Manusia.
- Locke berusaha menjelaskan dua masalah yaitu pertama, dari mana kita mendapatkan gagasan-gagasan kita, dan kedua, apakah kita dapat mempercayai apa yang dikatakan oleh indra-indra kita.
- Locke membedakan antara apa yang dinamakannya kualitas ‘primer’ dan kualitas ‘sekunder’.
- Kualitas primer adalah luas, berat, gerakan, dan jumlah, dan seterusnya.
- Locke juga mengatakan bahwa ‘kualitas primer’ seperti kepadatan, gaya tarik, dan berat benar-benar dimiliki oleh realitas lahiriah di sekeliling kita.
- Bahwa sesuatu itu manis atau asam, hijau atau merah, panas atau dingin, Locke menyebut semua itu kualitas sekunder.
- Locke percaya – sebagaimana Descartes dan Spinoza – bahwa dunia material adalah realitas.
- Sampai pada masalah realitas ‘yang diperluas’ Locke setuju dengan Descartes bahwa realitas itu tidak mempunyai kualitas-kualitas tertentu yang mungkin dipahami manusia dengan akalnya.
- Locke juga mengakui apa yang dinamakan pengetahuan intuitif atau demonstratif, misalnya, dia berpendapat bahwa prinsip-prinsip, etika tertentu berlaku untuk semua orang.
- Locke percaya pada gagasan mengenai hak alamiah, dan itu merupakan ciri rasionalis dari akalnya.
- Ciri yang sama rasionalistiknya adalah bahwa Locke percaya akal manusia mampu mengetahui bahwa Tuhan itu ada.
- Locke juga merupakan seorang filosof pertama yang tertarik pada peran pria dan wanita.
- Locke adalah pelopor banyak gagasan liberar.
- Dialah yang pertama-tama mendukung prinsip pembagian kekuasaan.
- Locke menekankan bahwa kekuasaan legislatif dan eksekutif harus dipisahkan jika ingin menghindar dari kezaliman.
- Menurut Locke, untuk menjamin berdirinya negara hukum, para wakil rakyat harus menciptakan undang-undang dan raja atau pemerintah harus menerapkannya.
Teori Pengetahuan – realisme representatif, empirisme Inggris.
Pikiran semenjak lahir adalah tabula rasa (tabung kosong) yang kemudian mendapat pengaruh dari pengalaman (kesan) dan melahirkan ide-ide sederhana. Ide-ide sederhanan tersebut diikuti oleh refleksi untuk membentuk ide yang lebih kompleks. Bahkan ide-ide abstrak seperti sebab, substansi, atau implikasi logis direduksi menjadi ide sederhana. Tidak ada yang disebut ide-ide universal, kemestian, atau a priori yang terlepas dari pengalaman. Kualitas-kualitas tertentu – seperti eksistensi, bentuk, dst. – terdapat pada semua orang yang mengetahui sebagai kualitas utama yang objektif. Kualitas-kualitas ini dapat naik menjadi subjektif (kualitas kedua), seperti rasa, warna, dst.



GEORGE BERKELEY (1685-1753)

- Berkeley seorang uskup Irlandia dan juga seorang filosof, dia merasa bahwa filsafat dan ilu pengetahuan mutakhir merupakan ancaman bagi cara hidup Kristen bahwa materialisme yang menyusup ke segala bidang, tanpa kecuali, mendatangkan ancaman bagi iman Kristen kepada Tuhan sebagai pencipta dan pelestari seluruh alam.
- Berkeley adalah tokoh empiris yang paling konsisten, dia menyatakan bahwa benda-benda duniawi itu memang seperti yang kita lihat, tapi mereka itu bukan ‘benda-benda’. 
- Berkeley menanyakan masalah bahwa dunia material adalah realitas dan dia melakukannya dengan logika empirisme.
- Berkeley berkata bahwa yang ada hanyalah yang dapat kita lihat. Tapi kita tidak dapt melihat ‘material’ atau ‘materi’.
- Berkeley percaya pada ‘ruh’.
- Dia beranggapan bahwa semua gagasan kita mempunyai penyebab di luar kesadaran kita, tapi penyebab ini tidak bersifat material, melainkan spiritual. Jiwanya juga dapat menjadi penyebab dari gagasan-gagasan yang memberntuk ‘dunia jasmaniah’.
- Menurutnya ‘segala sesuatu yang disebabkan oleh ruh itu (Tuhan)’ yang merupakan penyebab dari ‘segala sesuatu’ dan yang ‘membentuk segala sesuatu’.
- Realiatas material bukanlah satu-satunya yang dipertanyakan Berkeley.
- Dia juga memepertanyakan apakah ‘waktu’ dan ‘ruang’ mempunyai keberadaan mutlak atau mandiri.
- Menurut Berkeley, yang kita ketahui hanyalah bahwa kita ini ruh.
Teori pengetahuan – subjektivisme.
Teori realitas – idealisme subjektif.
Realitas tergantung pada orang yang merasakan (perceiver) dan persepsinya. Perasa secara individu adalah riil tetapi bergantung pada spirit. Perasa tertinggi adalah Tuhan, yang menghadirkan alm sebagai ide-ide bagi perasa individual. Realitas terdiri atas tiga tingkat: ide-ide sebagai kandungan mental, spirit individual aktif sebagai pikiran terbatas, dan Tuhan sebagai penyebab spiritual terakhir.


DAVID HUME (1711-1776)

'David Hume adalah filsuf Skotlandia, ekonom, dan sejarawan. Dia dimasukan sebagai salah satu figur paling penting dalam filosofi barat dan Pencerahan Skotlandia. Walaupun kebanyakan ketertarikan karya Hume berpusat pada tulisan filosofi, sebagai sejarawanlah dia mendapat pengakuan dan penghormatan. Karyanya The History of England merupakan karya dasar dari sejarah Inggris untuk 60 atau 70 tahun sampai Karya Macaulay.
Hume merupakan filusuf besar pertama dari era moderen yang membuat filosofi naturalistis. Filosofi ini sebagian mengandung penolakan atas prevalensi dalam konsepsi dari pikiran manusia merupakan miniatur dari kesadaran suci; sebuah pernyataan Edward Craig yang dimasukan dalam doktrin 'Image of God'.Doktrin ini diasosiasikan dengan kepercayaan dalam kekuatan akal manusia dan penglihatan dalam realitas, dimana kekuatan yang berisi seritikasi Tuhan. Skeptisme Hume datang dari penolakannya atas ideal didalam’.
- Hume adalah seorang filosof yang mengambil dunia sehari-hari sebagai titik awalnya.
- Hume adalah penganut empiris.
- Hume memulai dengan menetapkan bahwa manusia mempunyai dua jenis persepsi, yaitu kesan dan gagasan.
- Kesan yang dimaksudnya adalah pengindraan langsung atas realitas lahiriah.
- Gagasan yang dimaksudnya adalah ingatan akan kesan-kesan semacam itu.
- Hume ingin menyelidiki setiap gagasan untuk mengetahui apakah gagasan tersebut disusun dengan cara yang tidak berkaitan dengan realitas.
- Dari kesan mana asalnya gagasan ini? Pertama-tama Hume harus menemukan ‘gagasan-gagasan tunggal’ mana yang dapat membentuk suatu gagasan kompleks.
- Hume juga menekankan bahwa bahwa semua unsur yang kita satukan di dalam gagasan kita kadang-kadang memasuki pikiran kita dalam bentuk ‘kesan-kesan sederhana’.
- Bagaimanapun juga Hume menentang semua pemikiran dan gagasan yang tidak dapat dilacak kaitannya dengan persepsi indra.
- Hume mengungkapkan bahwa kita tidak mempunyai ‘jati diri pribadi’ yang menyokong kita di bawah atau di balik persepsi-persepsi dan perasaan-perasaan yang datang dan pergi ini.
- Menurut Hume, tidak ada ‘Aku’ atau ego yang tak berubah.
- Konsep ego merupakan gagasan kompleks.
- Hume adalah seorang agnostik yaitu orang yang berpendapat bahwa keberadaan Tuhan atau dewa tidak dapat dibuktikan kebenarannya atau ketidakbenarannya.
- Menurut Hume, keajaiban adalah sesuatu yang bertentangan dengan hukum alam.
- Saat Hume membahas tentang kekuatan dari kebiasaan, dia memusatkan perhatian pada ‘hukum sebab-akibat’. Hukum ini menetapkan bahwa segala sesuatu yang terjadi pasti ada sebabnya.
- Hume menekankan bahwa harapan agar satu hal mengikuti hal yang lain tidak melekat pada hal-hal itu sendiri, melainkan pada pikiran kita. Dan harapan seperti kita tahu, dikaitkan dengan kebiasaan.
- Hume adalah seorang yang juga memberontak melawan pemikiran rasionalis dalam bidang etika.
- Menurut Hume, bukan akal yang menentukan apa yang kita katakan dan kita lakukan. Menurutnya itu adalah perasaan.
- Hume mengatakan bahwa kita tidak pernah dapat menarik kesimpulan dari kalimat berita menjadi kalimat perintah.
Teori Pengetahuan – skeptisisme, fenomenalisme murni, empirisme. 
Semua pengetahuan berasal dari persepsi. Persepsi mencakup: (1) kesan, pengalaman asli; (2) ide, memori kesan. Kesan adalah (1) lebih utama dan lebih lincah daripada ide; (2) sesasi data indrawi eksternal, seperti warna, dst.; (3) refleksi terhadap perasaan internal, seperti emosi; (4) dikopi oleh memori atau imajinasi untuk membentuk ide sederhana berkombinasi untuk membentuk ide-ide kompleks berdasarkan hukum kesatuan ide; hukum kemiripan – ide yang sama menyatu; hukum atau persinggungan – ide secara bersama dalam ruang dan waktu; hukum kualitas – penghubung konstan atau rangkaian ide mendorong kesatuan kausal. Pengatahuan yang valid terdapat dalam ide yang dapat direduksi menjadi kesan yang spesifik. Ide seperti halnya kausalitas, substansi, diri, dan Tuhan, tidak dapat direduksi menjadi kesan, karenanya merupakan fiksi gramatikal yang tepat. Kita tidak akan bisa mengetahui dunia eksternal. Karena tidak ada satu pun yang pernah ada dalam pikiran kecuali persepsi, maka kita tidak akan pernah meneliti hubungan sebab akibat antara pesepsi dengan objek. 


IMMANUEL KANT (1724-1804)

Immanuel Kant adalah seorang filsuf Jerman. Karya Kant yang terpenting adalah Kritik der Reinen Vernunft, 1781. Dalam bukunya ini ia “membatasi pengetahuan manusia”. Atau dengan kata lain “apa yang bisa diketahui manusia.” Ia menyatakan ini dengan memberikan tiga pertanyaan:
• Apakah yang bisa kuketahui?
• Apakah yang harus kulakukan?
• Apakah yang bisa kuharapkan?
- Kant merasa sangat penting untuk melestarikan dasar-dasar kepercayaan kristiani, sama seperti Berkeley.
- Kant adalah filosof pertama yang sejauh ini kita ketahui pernah mengajarkan filsafat di universitas.
- Kant adalah orang yang mencari jawaban sendiri bagi pertanyaan-pertanyaan filosofis dan juga orang yang menjadi ahli dalam sejarah filsafat tapi tidak menyusun filosofinya sendiri.
- Kant akrab dengan rasionalismenya Descartes dan Spinoza serta empirismenya Locke, Berkeley, dan Hume.
- Kant beranggapan bahwa pandangan rasionalis dan empiris itu sama-sama benar separuh dan juga sama-sama salah separuh.
- Kant juga beranggapan bahwa baik ‘indra’ maupun ‘akal’ sama-sama memainkan peranan dalam konsepsi kita mengenai dunia.
- Dalam titik tolaknya Kant setuju dengan Hume dan kaum empiris bahwa seluruh pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indra kita. Tapi dalam akal kita juga terdapat faktor-faktor pasti yang menentukan bagaimana kita memandang dunia di sekitar kita.
- Kant menyebut ‘waktu’ dan ‘ruang’ itu dua ‘bentuk intuisi’ kita. Waktu dan ruang termasuk pada kondisi manusia. Waktu dan ruang pertama-tama dan terutama adalah cara pandang dan bukan atribut dari dunia fisik.
- Kant menyatakan bahwa bukan hanya pikiran yang menyesuaikan diri dengan segala sesuatu. Segala sesuatu itu sendiri menyesuaikan diri dengan pikiran. Kant menyebut ini Revolusi Copernicus dalam masalah pengetahuan manusia.
- Menurut Kant, hukum kausalitas termasuk dalam pikiran.
- Kant setuju dengan Hume bahwa kita tidak dapat mengetahui secara pasti seperti apa dunia ‘itu sendiri’.
- Sumbangan terbesar Kant pada filsafat adalah garis pembatas yang ditariknya antara benda-benda itu sendiri dan benda-benda sebagaimana yang tampak di mata kita.
- Kant percaya dapat membuktikan keabsahan mutlak hukum alam itu dengan membuktikan bahwa dalam kenyataannya kita sedang membicarakan tentang hukum kesadaran manusia.
- Menurut Kant ada dua unsur yang memberikan sumbangan pada pengetahuan manusia tentang dunia. 
- Pertama, Materi Pengetahuan adalah kondisi-kondisi lahiriah yang tidak dapat kita ketahui sebelum kita menangkapnya melalui indra. 
- Kedua, Bentuk Pengetahuan adalah kondisi-kondisi batiniah dalam diri manusia sendiri – seperti persepsi tentang peristiwa-peristiwa sebagai yang terjadi dalam waktu dan ruang dan sebagai proses-proses yang sejalan dengan hukum kausalitas yang tak terpatahkan.
- Kant percaya bahwa akal bekerja di luar batasan dari apa yang dapat kita pahami sebagai manusia.
- Menurut Kant di mana akal maupun pengalaman tidak ada, terjadinya kekosongan yang dapat diisi oleh iman.
- Kant menyebut iman kepada jiwa abadi, kepada keberadaan Tuhan, dan kepada kehendak bebas manusia sebagai dalil-dalil praktis.
- Dalil praktis menurut Kant adalah sesuatu yang harus diterima ‘demi praksis’atau praktik; itu berarti bagi moralitas manusia. ‘Menerima keberadaan Tuhan adalah suatu tuntutan moral.’
- Menurut Kant, setiap orang mempunyai ‘akal praktis’, yaitu, kecerdasan yang memberi kita kemampuan untuk memahami apa yang benar atau salah dalam setiap soal.
- Kant merumuskan hukum moral sebagai suatu perintah pasti, yaitu bahwa hukum moral itu ‘pasti’ atau bahwa ia berlaku untuk semua situasi. Lagipula ia berupa ‘perintah’ yang berarti memiliki kekuatan dan kewenangan mutlak.
- Kant merumuskan ‘perintah pasti’ dengan berbagai cara:
1. bertindaklah sesuai dengan ketentuan hukum universal.
2. bertindaklah dengan cara sedemikian rupa sehingga kamu selalu menghormati perikemanusiaan, entah kepada dirimu sendiri atau kepada orang lain, bukan hanya sekali-kali saja, melainkan selalu dan selamanya.
- Etika Kant disebut juga etika kewajiban.
- Menurut Kant, kita sebagai makhluk material, kita seluruhnya dan sepenuhnya tergantung pada hukum kausalitas yang tak terpatahkan.
- Manusia sebagai makhluk rasional kita kita punya peranan di dalam apa yang disebut Kant das Ding an sich.
Teori realitas – idealisme kritis atau transendental.
Realitas sebagai “sesuatu yang dalam dirinya” (thing-in-self) (ding an sich) atau sebagai nomena tidak mungkin dapat diketahui. Nomena mengahdirkan dirinya pada pikiran sebagai fenomena yang dapat diketahui (lihat fenomenalisme). Fenomena merupakan produk bersma dari pikiran dan data indrawi. Fenomena menjadi mungkin hanya karena pikiran maupun mengendalikannya dalam ruang dan waktu. Pikiran tidak mampu mengetahui apa yang disebut dengan “sesuatu yang dalam dirinya”. Pikiran hanya mampu mengenal fenomena karena memiliki kemampuan untuk itu sehingga fenomena memungkinkan diketahui. Pikiran menyediakan agen mengorganisir dan mempersatukan yang menjadikan fenomena tidak hanya mungkin dikenali dan dipikirkan tetapi juga menyeragamkan, universal, dan dapat disampaikan. Realitas sebagai nomena – termasuk diri – dapat saja bebas, sebagaimana diharapakan tuntutan nalar prkatis dan kepentingan moral. Kebebasan dan ketidakbermoralan manusia dan keberadaan Tuhan memperkuat pentingnya moralitas. Karenyanya, realitas terdiri atas tiga unsur: (1) nomena, ‘sesuatu yang dalam dirinya’; (2) fenomena, ‘sesuatu sebagaimana dialami’; (3) diri, yakni agen yang aktif, mengorganisir, dan transenden atau apa yang diistilakan Kant dengan “kesatuan apresepsi transendental”. Kesatuan apresepsi transendental yang dikemukakan Kant merupakan analogi terhadap substansi yang dikemukakan para Rasionalis (Descartes, Spinoza, dkk.); hal itu merupakan prasayarat utama atau anggapan terhadap kemungkinan atau posibilitas pengalaman.


KARL MARX (1818-1883)

Karl Heinrich Marx adalah seorang filsuf, pakar ekonomi politik dan teori kemasyarakatan dari Prusia. Walaupun Marx menulis tentang banyak hal semasa hidupnya, ia paling terkenal atas analisisnya terhadap sejarah, terutama mengenai pertentangan kelas, yang dapat diringkas sebagai "Sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah tentang pertentangan kelas", sebagaimana yang tertulis dalam kalimat pembuka dari Manifesto Komunis.
Karl Marx lahir dalam keluarga Yahudi progresif di Trier, Prusia, (sekarang di Jerman). Ayahnya bernama Herschel, keturunan para rabi, meskipun cenderung seorang deis, yang kemudian meninggalkan agama Yahudi dan beralih ke agama resmi Prusia, Protestan aliran Lutheran yang relatif liberal, untuk menjadi pengacara. Herschel pun mengganti namanya menjadi Heinrich. Saudara Herschel, Samuel — seperti juga leluhurnya— adalah rabi kepala di Trier. Keluarga Marx amat liberal dan rumah Marx sering dikunjungi oleh cendekiawan dan artis masa-masa awal Karl.
Marx terkenal karena analisis nya di bidang sejarah yang dikemukakan nya di kalimat pembuka pada buku ‘Communist Manifesto’ (1848) :” Sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah tentang pertentangan kelas.” Marx percaya bahwa kapitalisme yang ada akan digantikan dengan komunisme, masyarakat tanpa kelas setelah beberapa periode dari sosialisme radikal yang menjadikan negara sebagai revolusi keditaktoran proletariat(kaum paling bawah di negara Romawi).
Marx sering dijuluki sebagai bapak dari komunisme, Marx merupakan kaum terpelajar dan politikus. Ia memperdebatkan bahwa analisis tentang kapitalisme miliknya membuktikan bahwa kontradiksi dari kapitalisme akan berakhir dan memberikan jalan untuk komunisme. Di lain tangan, Marx menulis bahwa kapitalisme akan berakhir karena aksi yang terorganisasi dari kelas kerja internasional. “Komunisme untuk kita bukanlah hubungan yang diciptakan oleh negara, tetapi merupakan cara ideal untuk keadaan negara pada saat ini. Hasil dari pergerakan ini kita yang akan mengatur dirinya sendiri secara otomatis. Komunisme adalah pergerakan yang akan menghilangkan keadaan yang ada pada saat ini. Dan hasil dari pergerakan ini menciptakan hasil dari yang lingkungan yang ada dari saat ini. – Ideologi Jerman- Dalam hidupnya,Marx terkenal sebagai orang yang sukar dimengerti, ide-ide nya mulai menunjukkan pengaruh yang besar dalam perkembangan pekerja segera setelah ia meninggal. Pengaruh ini berkembang karena didorong oleh kemenangan dari Marxist Bolsheviks dalam Revolusi Oktober Rusia. Namun, masih ada beberapa bagian kecil dari dunia ini yang belum mengenal ide Marxian ini sampai pada abad ke-20. Hubungan antara Marx dan Marxism adalah titik kontroversi. Marxism tetap berpengaruh dan kontroversial dalam bidang akademi dan politik sampai saat ini. Dalam bukunya Marx, Das Kapital (2006), penulis biografi Francis Wheen mengulangi penelitian David McLellan yang menyatakan bahwa sejak Marxisme tidak berhasil di Barat, hal tersebut tidak menjadikan Marxisme sebagai ideologi formal, namun hal tersebut tidak dihalangi oleh kontrol pemerintah untuk dipelajari.
Marx menjalani sekolah di rumah sampai ia berumur 13 tahun. Setelah lulus dari Gymnasium Trier, Marx melanjutkan pendidikan nya di Universitas Bonn jurusan hukum pada tahun 1835 pada usia nya yang ke-17, dimana ia bergabung dengan klub minuman keras Trier Tavern yang mengakibatkan ia mendapat nilai yang buruk. Marx tertarik untuk belajar kesustraan dan filosofi, namun ayahnya tidak menyetujuinya karena ia tak percaya bahwa anaknya akan berhasil memotivasi dirinya sendiri untuk mendapatkan gelar sarjana. Pada tahun berikutnya, ayahnya memaksa Karl Marx untuk pindah ke universitas yang lebih baik, yaitu Friedrich-Wilhelms-Universität di Berlin. Pada saat itu, Marx menulis banyak puisi dan esai tentang kehidupan, menggunakan bahasa teologi yang diwarisi dari ayahnya seperti ‘The Deity’ namun ia juga menerapkan filosofi atheis dari Young Hegelian yang terkenal di Berlin pada saat itu. Marx mendapat gelar Doktor pada tahun 1841 dengan tesis nya yang berjudul ‘The Difference Between the Democritean and Epicurean Philosophy of Nature’ namun, ia harus menyerahkan disertasi nya ke Universitas Jena karena Marx menyadari bahwa status nya sebagai Young Hegelian radikal akan diterima dengan kesan buruk di Berlin.
Pada tahun 1835, Marx mendaftar di Universitas Bonn untuk belajar hukum, dan di sana ia bergabung dengan Trier Tavern Club, dan sempat menjadi presiden Klub, sehingga prestasi sekolahnya buruk. Setahun kemudian, ayah Marx mendesaknya untuk pindah ke Universitas Friedrich-Wilhelms di Berlin, agar dapat lebih serius belajar. Di sini, Marx banyak menulis puisi dan esai tentang kehidupan, dengan menggunakan bahasa teologis yang diperoleh dari ayahnya yang deis. Pada saat itulah ia mengenal filsafat atheis yang dianut kelompok Hegelian-kiri. Marx memperolehi doktorat pada tahun 1841 dengan tesis yang bertajuk "Perbedaan Filsafat Alam Demokritos dan Epikurus", tetapi beliau harus menyerahkan tesisnya kepada Universitas Jena karena beliau diamarankan bahwa reputasinya di antara fakultas sebagai seorang Hegelian-kiri akan menyebabkan penerimaan yang buruk di Berlin.
Di Berlin, minat Marx beralih ke filsafat, dan bergabung ke lingkaran mahasiswa dan dosen muda yang dikenal sebagai Pemuda Hegelian. Sebagian dari mereka, yang disebut juga sebagai Hegelian-kiri, menggunakan metode dialektika Hegel, yang dipisahkan dari isi teologisnya, sebagai alat yang ampuh untuk melakukan kritik terhadap politik dan agama mapan saat itu.
Karya-karya Marx: Manifest der Kommunistischen Partei dan Achtzehnte Brumaire.
Teori realitas – materialisme dialektika.
Realitas adalah manifestasi dari pertentangan mendasar dari sebuah materi, diwujudkan dalam bentuk gerak pertentangan ini merupakan sebuah oposisi dialektika, yang menghasilkan sebuah proses dan transmutasi sendiri. Masyarakat manusia juga merefleksikan proses seprti itu. Proses tersebut melibatkan (engels): (1) hukum pertentangan – semua realitas merupakan kesatuan yang tidak stabil dan interpenetrai terbalik; (2) hukum transformasi – perubahan kualitatif bersamaan dengan perubahan kuantitatif; (3) hukum penegasian negasi – perubahan membentuk sebuah sintesis kontradiksi atau oposisi sejak semula yakni tesis dan antitesis yang membawa isu-isu ke dalam kintradiksi baru dan sintesis baru.


FRIEDRICH NIETZSCHE (1844-1900)

Friedrich Wilhelm Nietzsche adalah seorang filsuf Jerman dan seorang ahli ilmu filologi yang meneliti teks-teks kuno. Friedrich Nietzsche dilahirkan di kota Röcken, di wilayah Sachsen. Orang tuanya adalah pendeta Lutheran Carl Ludwig Nietzsche (1813-1849) dan istrinya Franziska, nama lajang Oehler (1826-1897). Ia diberi nama untuk menghormati kaisar Prusia Friedrich Wilhelm IV yang memiliki tanggal lahir yang sama. Adik perempuannya Elisabeth dilahirkan pada 1846. Setelah kematian ayahnya pada 1849 dan adik laki-lakinya Ludwig Joseph (1848-1850) keluarga ini pindah ke Naumburg dekat Saale.
Filsafat Nietzsche adalah filsafat cara memandang 'kebenaran' atau dikenal dengan istilah filsafat perspektivisme. Nietzsche juga dikenal sebagai "sang pembunuh Tuhan" (dalam Also sprach Zarathustra). Ia memprovokasi dan mengkritik kebudayaan Barat di zaman-nya (dengan peninjauan ulang semua nilai dan tradisi atau Umwertung aller Werten) yang sebagian besar dipengaruhi oleh pemikiran Plato dan tradisi kekristenan (keduanya mengacu kepada paradigma kehidupan setelah kematian, sehingga menurutnya anti dan pesimis terhadap kehidupan). Walaupun demikian dengan kematian Tuhan berikut paradigma kehidupan setelah kematian tersebut, filosofi Nietzsche tidak menjadi sebuah filosofi nihilisme. Justru sebaliknya yaitu sebuah filosofi untuk menaklukan nihilisme [1] (Überwindung der Nihilismus) dengan mencintai utuh kehidupan (Lebensbejahung), dan memposisikan manusia sebagai manusia purna Übermensch dengan kehendak untuk berkuasa (der Wille zur Macht).
Selain itu Nietzsche dikenal sebagai filsuf seniman (Künstlerphilosoph) dan banyak mengilhami pelukis moderen Eropa di awal abad ke-20, seperti Franz Marc, Francis Bacon,dan Giorgio de Chirico, juga para penulis seperti Robert Musil, dan Thomas Mann. Menurut Nietzsche kegiatan seni adalah kegiatan metafisik yang memiliki kemampuan untuk me-transformasi-kan tragedi hidup.
- "Saya bukan seorang manusia, saya adalah sebuah dinamit!"
- "Yang penting bukanlah kehidupan kekal (das ewige Leben), melainkan kekal-nya 'yang menghidupkan' (die ewige Lebendigkeit)! "
- "Tuhan sudah mati"

Teori nilai (etika) – naturalisme, nihilisme, eksistensialisme, ateistik.
Orang Barat telah melakukan dua kesalahan besar: filsafat intelektualistik di satu sisi dan pendewaan kelemahan oleh agama Kristen disisi yang lain; kedua hal tersebut menolak spirit manusia yang natural. Transvaluasi atau pemutarbalikan nilai dibutuhkan: perganitan simpati dan belas kasihan – penghinaan dan pengucilan diri; pergantian cinta tetangga – egoisme dan kebengisan. Mengapa? ”hidup intinya adalah keinginan untuk berkuasa...merupakan fakta mendasar dalam semua sejarah”. Tetapi, transvaluasi hanya berlaku bagi ”jiwa bebas”, superman. Manusia biasa hanyalah ”jembatan”, sesuatu yang ”terlampaui”. Moralitas yang baru ada ”dibalik baik dan buruk”, dibalik nilai-nilai ”massa rakyat” yang menyublim kemarahan mereka dalam bentuk superior dalam bentuk moralitas konvensional yang menggantikan superioritas ”kejahatan” dan kelemahan ”kebaikan” mereka. Alturisme (lebih mengutamakan orang lain) merupakan salah satu bentuk ”perbudakan” yang ideal. Moralitas baru berwujud realisasi pergantian kekuatan dan kekuasaan secara natural. ”tipe manusia bangsawan...menganggap dirinya sebagai penentu sistem nilai”.


EDMUND HUSSERL (1859-1938)

Edmund Gustav Albrecht Husserl (8 April 1859, Prostějov – 26 April 1938, Freiburg) adalah seorang filsuf Jerman, yang dikenal sebagai bapak fenomenologi. Karyanya meninggalkan orientasi yang murni positivis dalam sains dan filsafat pada masanya, dan mengutamakan pengalaman subyektif sebagai sumber dari semua pengetahuan kita tentang fenomena obyektif.
Husserl dilahirkan dalam sebuah keluarga Yahudi di Prostějov (Prossnitz), Moravia, Ceko (yang saat itu merupakan bagian dari Kekaisaran Austria). Husserl adalah murid Franz Brentano dan Carl Stumpf; karya filsafatnya mempengaruhi, antara lain, Edith Stein (St. Teresa Benedicta dari Salib), Eugen Fink, Max Scheler, Martin Heidegger, Jean-Paul Sartre, Emmanuel Lévinas, Rudolf Carnap, Hermann Weyl, Maurice Merleau-Ponty, dan Roman Ingarden. Pada 1887 Husserl berpindah agama menjadi Kristen dan bergabung dengan Gereja Lutheran. Ia mengajar filsafat di Halle sebagai seorang tutor (Privatdozent) dari 1887, lalu di Göttingen sebagai profesor dari 1901, dan di Freiburg im Breisgau dari 1916 hingga ia pensiun pada 1928. Setelah itu, ia melanjutkan penelitiannay dan menulis dengan menggunakan perpustakaan di Freiburg, hingga kemudian dilarang menggunakannya - karena ia keturunan Yahudi - yang saat itu dipimpin oleh rektor, dan sebagian karena pengaruh dari bekas muridnya, yang juga anak emasnya, Martin Heidegger.
Husserl lahir di kota Prosnitz, Moravia, suatu bagian dari kerajaan Austria. Dia berasal dari keluarga Yahudi, ayahnya adalah seorang pedagang pakaian. Husserl tertarik belajar matematika, fisika, dan filsafat, lebih spesifik dia juga mempelajari ilmu perbintangan dan ilmu optik. Pada 1886 dia mempelajari psikologi dan banyak menulis tentang fenomenologi. Di akhir hayatnya dia meninggal akibat pneumonia.
Filsuf kelahiran Austria ini justru besar dan menjadi milik Jerman. Dia di anggap sebagai bapak pergerakan filsafat fenomenologi. Fenomenologi menghendaki ilmu pengetahuan secara sadar mengarahkan untuk memperhatikan contoh tertentu tanpa prasangka teoritis lewat pengalaman-pengalaman yang berbeda dan bukan lewat koleksi data yang besar untuk suatu teori umum di luar substansi sesungguhnya. Lewat fenomenologi, Husserl hakekatnya adalah kritikus yang interpreter dengan menguraikan suatu fenomena yang dihadapai. Ilmu pengetahuan bagi Husserl dapat mengantarkan pada pengalaman-pengalaman baru yang eksklusif tersendiri secara subjektif transendental. Fenomenologi Husserl berikutnya menjadi reverensi bagi fenomenologi Heidegger, Sartre, Gadamer, Levinas, maupun Derrida.
Teori pengetahuan dan realitas – fenomenologi transendental.
Filsafat merupakan sains yang kaku (fenomenologi) yang berkaitan dengan struktur pengalaman kesadaran terhadap ”sesuatu itu sendiri” (thing themselves). Struktur utamanya adalah kesengajaan (intensionalitas). Atensi dikendalikan oleh ”objek-objek” yang sejauh ini diharapkan oleh kesadaran yakni ”esensi ideal” dari ”sesuatu itu sendiri”. Esensi ini bukan realitas yang bersifat ideal (Plato) maupun metafisik (Hume). Fenomenologi transendental merupakan anlisis deskriptif, baik terhadap esensi yang dikehendaki kesadaran maupun terhadap kesadaran dalam melakukan objek yang dikehendaki, yakni yang memebri makan terhadap dunia. ”ego transendental” adalah sebuah istilah yang diberikan Husserl untuk kesengajaan kesadaran yang dilakukan; ini lebih konkrit daripada bersifat formal, seperti dikemukakan Kant. Hanya terdapat satu dunia – bukan sesuatu dalam dirinya (thing-in-themselves) dan sesuatu sebagaimana yang tampak (thing-as-they-appear), sebagaimana dikemukakan Kant. Objek (atau dunia) tidak dibangun berdasarkan kategori apriori; ia terikat oleh kesadaran melalui kesengajaan dalam sebuah ”kehidupan – dunia”. Dunia memberi kesadaran untuk dirinya sendiri, yang saling memberi makna. Tidak ada ego kesadaran atau transendental sebagai ”sesuatu yang berpikir”, seperti dalam pendapat Descartes, yang melihat ”keluar” dunia; ia terbenam dalam ”kehidupan – dunia” dan menjadi sadar akan dirinya secara otomatis dalam melakukan keinginannya terhadap, dan merefleksikan dunia.

4. Kontemporer
Jean Baudrillard - Michel Foucault - Martin Heidegger - Karl Popper - Bertrand Russell - Jean-Paul Sartre – Albert Camus - Jurgen Habermas - Richard Rotry - Feyerabend- Jacques Derrida - Mahzab Frankfurt.


MARTIN HEIDEGGER (1889- )

Martin Heidegger adalah seorang filsuf asal Jerman. Ia belajar di Universitas Freiburg di bawah Edmund Husserl, penggagas fenomenologi, dan kemudian menjadi profesor di sana 1928. Ia mempengaruhi banyak filsuf lainnya, dan murid-muridnya termasuk Hans-Georg Gadamer, Hans Jonas, Emmanuel Levinas, Hannah Arendt, Leo Strauss, Xavier Zubiri dan Karl Löwith. Maurice Merleau-Ponty, Jean-Paul Sartre, Jacques Derrida, Michel Foucault, Jean-Luc Nancy, dan Philippe Lacoue-Labarthe juga mempelajari tulisan-tulisannya dengan mendalam. Selain hubungannya dengan fenomenologi, Heidegger dianggap mempunyai pengaruh yang besar atau tidak dapat diabaikan terhadap eksistentialisme, dekonstruksi, hermeneutika dan pasca-modernisme. Ia berusaha mengalihkan filsafat Barat dari pertanyaan-pertanyaan metafisis dan epistemologis ke arah pertanyaan-pertanyaan ontologis, artinya, pertanyaan-pertanyaan menyangkut makna keberadaan, atau apa artinya bagi manusia untuk berada. Heidegger juga merupakan anggota akademik yang penting dari Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei.
Heidegger dilahirkan di sebuah keluarga desa di Meßkirch, Jerman, dan diharapkan kelak menjadi seorang pendeta. Di masa remajanya, ia dipengaruhi oleh Aristoteles yang dikenalnya lewat teologi Kristen. Konsep tentang "mengada", dalam pengertian tradisional ini, yang berasal dari Plato, adalah perkenalan pertamanya dengan sebuah gagasan yang kelak ditanamkannya pada pusaat karyanya yang paling terkenal, Being and Time (bahasa Jerman: Sein und Zeit) (1927). Keluarganya tidak cukup kaya untuk mengirimnya ke universitas, dan ia membutuhkan bea siswa. Untuk maksud tersebut, ia harus belajar agama. Heidegger juga tertarik akan matematika. Ketika ia belajar sebagai mahasiswa, ia meninggalkan teologi dan beralih kepada filsafat, ketika ia menemukan sumber pendanaan lain untuk studinya. Ia menulis disertasi doktoralnya berdasarkan sebuah teks yang saat itu dianggap sebagai karya Duns Scotus, seorang pemikir etika dan keagamaan abad ke-14, namun belakangan orang menduga itu adalah karya Thomas dari Erfurt.
Heidegger mulanya adalah seorang fenomenolog. Secara sederhana, kaum fenomenolog menghampiri filsafat dengan berusaha memahami pengalaman tanpa diperantarai oleh pengetahuan sebelumnya dan asumsi-asumsi teoretis abstrak. Husserl adalah pendiri dan tokoh utama aliran ini, sementara Heidegger adalah mahasiswa Husserl dan hal inilah yang meyakinkan Heidegger untuk menjadi seorang fenomenolog. Heidegger menjadi tertarik akan pertanyaan tentang "mengada" (atau apa artinya untuk berada). Karyanya yang terkenal Being and Time (Keberadaan dan Waktu) dicirikan sebagai sebuah ontologi fenomenologis. Gagasan tentang mengada berasal dari Parmenides dan secara tradisional merupakan salah satu pemikiran utama dari filsafat Barat. Persoalan tentang mengada dihidupkan kembali oleh Heidegger setelah memudar karena pengaruh tradisi metafisika dari Plato hingga Descartes, dan belakangan ini pada Masa Pencerahan. Heidegger berusaha mendasarkan keberadaan di dalam waktu, dan dengan demikian menemukan hakikatnya atau maknanya yang sesungguhnya, artinya, kemampuannya untuk kita pahami.
Demikianlah Heidegger memulai di mana "mengada" itu dimulai, yakni di dalam pemikiran Yunani kuno, membangkitkan kembali suatu masalah yang telah lenyap dan yang kuarng dihargai dalam filsafat masa kini. Upaya besar Heidegger adalah menangani kembali Plato dengan serius, dan pada saat yang sama menggoyahkan seluruh dunia Platonis dengan menantang isipati Platonisme - memperlakukan keberadaan bukan sebagai sesuatu yang nirwaktu dan transenden, melainkan sebagai yang imanen (selalu hadir) dalam waktu dan sejarah
Karya Heidegger: Sein und Zeit (1927)
Teori realitas – fenomenologi eksistensial, ontology fenomenologi, ateisme.
Pertanyaan mendasar adalah ”apa yang dimaksud dengan wujud?”. Pada mulanya, Heidegger tertarik pada analisis fenomenologi Dasein, yakni eksistensi manusia. Belakangan, Heidegger melihat bahwa wujud iu lebih utama daripada Dasein dan Wujud mengungkapkan dirinya dalam Dasein sebagai ”irupsi” kebenaran, atau arti dari semua yang ada. Dasein – manusia ”yang ada di Dunia” lebih digambarkan sebgai sebuah medan relais daripada sebagai entitas tersendiri dari atau di antara benda-benda yang lain. Dasein digambarkan sebagai sesuatu yang terbuang atau asing, yang menanggulangi pemulihan ”kebenaran”.
Manusia tidak menciptakan dunianya, dalam arti memberinya makna; akan tetapi wujudlah yang menciptakan untuk dirinya sendiri berupa telinga untuk mendengar dan kata-kata sebagai media wahyu. Akan tetapi, wujud bukan Tuhan yang dipahami dikalangan teistik tradisional. Heidegger menggunakan etimologi bahasa Yunani a-letheia – kebenaran, sebagai sesuatu yang tersembunyi yang mengungkapkan dirinya. Kebenaran eksistensial ”terbuka” terhadap eksistensi dibandingkan pada cakupan ide-ide intelektual. Seseorang hadir ”dalam kebenaran” daripada ”mengenal kebenaran”.


BERTRAND RUSSELL (1872-1970)

Bertrand Arthur William Russell adalah seorang filsuf dan ahli matematika ternama Britania Raya. Beliau juga merupakan seorang agnostik. Russell juga menolak senjata nuklir dan Perang Vietnam.
Teori realitas – logika atomisme.
Realitas terdiri atas pluralitas peristiwa dalam ruang dan waktu, dan hubungan logika abstrak yang membentuk peristiwa tersebut. Peristiwa mental tidak dapat dibedakan dari peristiwa materi. Data indrawi terkait dengan objek yang dibentuknya sebagai fakta fisik, sekaligus terkait dengan pikiran yang merasakan objek-objek tersebut sebagai fakta mental. Data indrawi bersifat subjektif, yakni data tersebut tidak dirasakan keberadaannya. Jadi benar-benar ada objek lain dari diri kita sendiri dan lain dari data indrawi kita yang memiliki eksistensi yang tidak bergantung pada persamaan kita terhadapnya. Objek yang dimaksud adalah ”objek perseptual” atau ”logika konstruksi” yang lebih dari sekedar benda fisik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pokok Pokok Pemikiran Rene Descartes

pemikiran Jean Paul Sartre